Penolakan di Sosial Media Juga Menyakitkan

Anda pernah ditolak? Pasti pernah #bukanCurhat, setiap orang dalam proses hidupnya pasti pernah merasakan sakitnya ditolak atau merasa tidak diinginkan dalam sebuah komunitas sosial. Seiring dengan perkembangan jaman, sosial media berkembang dan seakan menjadi satu dengan dunia nyata kita, dan selayaknya komunitas sosial sewajarnya, terjadi juga penolakan dalam sosial media.

Kebanyakan orang berpikir bahwa ditolak atau diabaikan dalam dunia nyata memiliki efek yang lebih parah dibandingkan ditolak atau diabaikan secara online , tapi menurut penelitian ilmiah ternyata kita juga bisa merasakan sakit hati yang lebih parah ketika ditolak di dunia online.

Dalam sebuah studi tahun 2012 yang muncul dalam jurnal Computers in Human Behavior, para peneliti menemukan fakta bahwa diabaikan di dunia online memberikan efek yang sama dengan diabaikan secara personal di dunia nyata.

Ketika seorang individu mengalami penolakan secara pribadi atau di sosial media otaknya mengeluarkan opioids yang bekerja seperti penghilang rasa sakit untuk menghadapi trauma emosional yang dialami. Sebuah studi yang dipublikasikan di Molecular Psychiatry mengemukakan bahwa individu yang bahagia mengeluarkan opioids yang lebih banyak.

David T. Hsu, Ph.D. selaku penulis utama studi tersebut dan juga asisten professor psikiatris di Universitas Michigan mengungkapkan lebih , saya kutip langsung dari sumbernya.

“It is possible that those with depression or social anxiety are less capable of releasing opioids during times of social distress, and therefore do not recover as quickly or fully from a negative social experience. Similarly, these individuals may also have less opioid release during positive social interactions, and therefore may not gain as much from social support.”

Di sisi lain, ada bagian di otak manusia yang mengeluarkan lebih banyak opioid ketika mereka diterima di dunia nyata maupun di jagat maya.

Dr. Hsu menjelaskan,

“The opioid system is known to play a role in both reducing pain and promoting pleasure, and our study shows that it also does this in the social environment. The knowledge that there are chemicals in our brains working to help us feel better after being rejected is comforting.”

Penolakan dalam bentuk apapun, termasuk respon negatif dan pengucilan dalam jagat maya dan sosial media bisa membuat seseorang sakit. Penolakan dalam jagat maya seperti sosial media, demikian juga penolakan dalam bentuk lain bisa berkontribusi pada naiknya agresi, menurunnya sistem imun, kebiasaan tidur yang tidak baik, dan rendahnya kemampuan menahan impuls (keinginan mendadak –red)

Sakit yang ditimbulkan oleh cedera fisik seperti terbakar, terjatuh dan lainnya bisa terdeteksi cukup mudah, beda halnya dengan trauma dari penolakan di sosial media atau dunia nyata, trauma emosional dari penolakan di sosial media atau dunia nyata sangat nyata tapi tidak mudah terdeteksi.

Jika anda mengenal seseorang yang sedang mengalami atau sedang berhadapan dengan trauma emosional dari kehilangan orang terdekat, isolasi masyarakat, atau penolakan termasuk penolakan di sosial media, cobalah menghubungi orang-orang terdekat dengan dirinya untuk membantu meringankan bebannya.

Psikoterapi juga bermanfaat untuk mengatasi perasaan terisolasi dan penolakan sosial. Membangun ikatan dengan banyak orang melalui jaringan sosial, kegiatan sosial juga bisa membantu mengatasi hal tersebut.

Sumber: inquisitr.com

Leave a comment